Selasa, 14 Oktober 2014

PENGERTIAN BAND INDIE

Seperti yang kita ketahui bahwa indie brasal dari kata independent yang artinya mandiri atau berdiri sendiri. Kalau dikaitkan dalam sebuah band berarti band indie merupakan sebuah grup yang berdiri sendiri secara mandiri terutama dari segi pendanaan. Itu sejauh yang aku tahu. Sekarang ini khususnya di Indonesia banyak band mayor yang dengan bangga mengatakan dirinya indie (tentu saja berani demikian, toh udah kaya bo hasil dari mayor label tuh ). Padahal banyak hal yang menyulitkan dalam sebuah kata “indie” khususnya bagi mereka yang benar- benar indie band dengan segala sebab terutama pendanaan, kecuali emang mereka band mampu dan kaya raya. Ada yang mengatakan band indie memiliki prinsip yang kuat dan mengakar dalam sebuah idealisme bermusik, memiliki jalurnya sendiri, penuh inovatif namun mati dalam penyebarannya. Ada yang mengatakan band indie “band yang tak jelas” arah tujuan dalam bermusik, genre apakah yang mereka ciptakan / bawakan ? komersilkah ? dan itu semua memunculkan perdebatan panjang yang tidak membuahkan solusi yang pasti. Biasanya mereka berkarya berawal dari tujuan pribadi alias sekedar hobi. Namun pada kenyataannya, dengan sedikit keberuntungan dan waktu yang tepat, atas nama independen bermusik sebuah band dapat dikenal masyarakat luas karena “kejeniusan” mereka bermusik. So, mungkin itu yang bisa aku simpulkan asal band indie. Dan siapapun juga yang memiliki kreatifitas dalam bermusik namun bersifat segmented, mereka bisa dikatakan independent. Karena memang seperti itulah kenyataannya.

Seperti diketahui, Indie memang berasal dari kata Independent. Namun harus dibedakan antara independen sebagai:
(1) Status artis/band atau minor label yang tidak dikuasai/dikendalikan major label
(2) independen dalam konteks indie sebagai subkultur dan genre musik.

Untuk pengertian:
(1), sejarahnya dimulai sejak awal abad 20 dengan kemunculan minor label seperti Vocalion atau Black Patti yang kala itu berupaya mengikis dominasi major label semacam Victor, Edison, dsb. Walaupun independensi pada pola dan jaman itu tidak menjalin akar dengan pengertian.

(2), mereka bertendensi serupa sebagai antitesis mainstream dengan merilis musik kaum minoritas seperti blues, bluegrass, dsb.
Tapi saat itu yang terjadi sekadar rivalitas antara kapital kecil melawan kapital besar dan pergerakannya tidak bersifat integral. Lalu di era 50-an mulai berkembang wacana independen untuk memerdekakan kreativitas dari intervensi kepentingan industri. Kendati demikian, kondisi yang tercipta tidak menghasilkan karakter signifikan. Bipolarisasi terhadap arus utama belum terwujud. Mereka memang berproduksi secara minor tapi iramanya masih mengacu ke pola major label juga. Walaupun bermotif kebebasan berekspresi, mereka hanya independen secara kapital dari major label namun orientasi musiknya tetap setipe major label.

Kecenderungan awam dalam menyikapi istilah indie adalah menyamaratakan semua yang independen sebagai “indie”. Dengan demikian itu hanya bertumpu ke unsur kata (independen) saja sebagai kemerdekaan secara harafiah dan tanpa batas. Ada pula yang mempertanyakan “indie” dalam kapasitasnya sebagai kebebasan mutlak. Padahal independensi dalam wacana (2) sangat berbeda dengan (1) Artinya istilah indie sesungguhnya masih merujuk ke spesifikasi tertentu. Indie akan mampu dipahami secara proporsional bila ditelusuri ke konteks historis atau wacana terjadinya pembentukan istilah itu. Namun jarang ada media yang mau menggali lebih dalam. Sehingga “indie” cenderung dikotakkan sebagai musik laris manis yang cocok bagi selera awam. Sedangkan musik indie sesungguhnya yang underrated malah diabaikan. Hal semacam itulah yang kerap menimbulkan miskonsepsi publik bahwa “indie” semata-mata pola kerja dan kemurnian idealisme. Bagaimana bila sebuah band beridealisme mainstream tapi mereka berproduksi secara swadaya? Apakah itu termasuk indie? Tentu tidak. Karena independen secara minor label atau self-released tidak menjamin artis/ label itu berkarakter indie. Karena seseorang yang berjiwa mainstream pun bisa saja menghasilkan karya berkarakter mainstream tapi dikemas secara Do-It-Yourself dengan dalih kebebasan ekspresi atau budget minim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar